Biografi Pattimura - Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan ...

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS97jCcQZfP8I8V0GjdqltEY0JAJYelCoelEYtIqnOyI8hjc29Xyxik0OeZzRZUrRQqbwwV9MCvyfdc2w2CRT3nFVDirCLV9eyD-GdaCE7kHKAM9wz2DkZGr1QHpWBpuLmwg9tKVuvpe0E/s320/BiografiPattimura-PahlawanPerjuanganKemerdekaan.jpg


Biografi Pattimura - Pria yang satu ini juga merupakan salah satu tokoh yang pernah membela harga diri tanah air Indonesia atau yang kita sebut sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh yang memiliki kesaktian-kesaktian khusus. Dan kelebihan inilah yang membuatnya dianggap sebagai lambang dari kekuatan mereka. Ia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Dan ia juga memiliki sebutan Kapitan atau turunan pimpinan. Bagi pembaca dapat menemukan gambaran sosoknya di permukaan uang rupiah pecahan seribu. Langsung saja di bawah ini sekilas mengenai biografi Pattimura.


Pattimura atau Thomas Matulessy lahir di Haria, pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783 dan meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada usia 34 tahun, juga dikenal dengan nama Kapitan Pattimura adalah pahlawan Maluku dan merupakan Pahlawan nasional Indonesia. Munurut M. Sapidja (penulis buku sejarah pemerintahan pertama) mengatakan bahwa “pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan"



Ia adalah pahlawan yang berjuang untuk Maluku melawan VOC Belanda. Sebelumnya Pattimura adalah mantan sersan di militer Inggris. Pada tahun 1816 Inggris bertekuk lutut kepada belanda. Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura. Kata "Maluku" berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang berarti Tanah Raja-Raja, mengingat pada masa itu banyaknya kerajaan. Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi).


Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengoordinir raja-raja dan patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa.


Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda.


Di Saparua, dia dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan. Untuk itu, ia pun dinobatkan bergelar Kapitan Pattimura. Pada tanggal 16 Mei 1817, suatu pertempuran yang luar biasa terjadi. Rakyat Saparua di bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura tersebut berhasil merebut benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya tewas, termasuk Residen Van den Berg.


Pasukan Belanda yang dikirim kemudian untuk merebut kembali benteng itu juga dihancurkan pasukan Kapitan Pattimura. Alhasil, selama tiga bulan benteng tersebut berhasil dikuasai pasukan Kapitan Patimura. Namun, Belanda tidak mau menyerahkan begitu saja benteng itu. Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan pasukan yang lebih banyak dilengkapi dengan persenjataan yang lebih modern. Pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan terpukul mundur.


Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda. Bersama beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Disana beberapa kali dia dibujuk agar bersedia bekerjasama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.


Perlawanan rakyat di bawah komando Kapitan Ahmad Lussy itu terekam dalam tradisi lisan Maluku yang dikenal dengan petatah-petitih. Tradisi lisan ini justru lebih bisa dipertanggung jawabkan daripada data tertulis dari Belanda yang cenderung menyudutkan pahlawan Indonesia. Di antara petatah-petitih itu adalah sebagai berikut (dalam bentuk terjemahan) :


Kami Patasiwa


Kami Patalima


Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy


Semua turun ke kota Saparua


Berperang dengan Kompeni Belanda


Kami semua dipimpin Kapitan Ahmad Lussy


Menjaga dan mempertahankan


Semua pulau-pulau ini


Tapi pemimpin sudah dibawa ditangkap


Mari pulang semua


Ke kampung halaman masing-masing


Burung-burung garuda (laskar-laskar Hualoy)


Sudah pulang-sudah pulang


Burung-burung talang (laskar-laskar sekutu pulau-pulau)


Sudah pulang-sudah pulang


Ke kampung halaman mereka


Di balik Nunusaku


Kami sudah perang dengan Belanda


Mengepung mereka dari depan


Mengepung mereka dari belakang


Kami sudah perang dengan Belanda


Memukul mereka dari depan


Memukul mereka dari belakang


Berulangkali Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat Maluku, tetapi berulangkali pula Belanda mendapat pukulan berat. Karena itu Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta. Keadaan jadi berbalik, Belanda semakin kuat dan perlawanan rakyat Maluku terdesak. Akhirnya Ahmad Lussy dan kawan-kawan tertangkap Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817 Ahmad Lussy beserta kawan-kawannya menjalani hukuman mati di tiang gantungan.


Atas kegigihannya memperjuangkan kemerdekaan, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai “Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan” oleh pemerintah Republik Indonesia. Nama Pattimura sampai saat ini tetap harum. Namun nama Thomas Mattulessy lebih dikenal daripada Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Menurut Mansyur Suryanegara, memang ada upaya-upaya deislamisasi dalam penulisan sejarah. Ini mirip dengan apa yang terjadi terhadap Wong Fei Hung di Cina. Pemerintah nasionalis-komunis Cina berusaha menutupi keislaman Wong Fei Hung, seorang Muslim yang penuh izzah (harga diri) sehingga tidak menerima hinaan dari orang Barat. Dalam film Once Upon A Time in China, tokoh kharismatik ini diperankan aktor ternama Jet Li .

Referensi :


http://id.wikipedia.org/wiki/Pattimura


http://profil.merdeka.com/indonesia/k/kapitan-pattimura/http://fisan.wordpress.com/2006/10/31/sejarah-meluruskan-sejarah-kapitan-ahmad-pattimura-lussy/








Source http://www.kolombiografi.com/2013/11/biografi-pattimura-pahlawan-perjuangan.html

Comments

Popular posts from this blog

Profile dan biodata Angkasa Band

Profil Vitalia Sesha Model Di Kasus Suap Daging Impor - Tercanggih

Talent Pilihan SlideGossip : Andrean Saputra