Profil Sudono Salim (Liem Sioe Liong) | Denidi.Com

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpHd3OCqG6BfK4KtHsSShjROHLaU3upTZc6VztDNAt6_8SWyRE91QzU3ayhi1QaV7vVbtLX4eepDlAmz4Kqsj2TclTKY1uxdpFHMYn3CSZgUEaqybsQU1qnfhb2YpHbb9gza15j5EURleO/s640/sudonosalim.jpeg






Nama Lengkap : Sudono Salim

Alias : Liem Sioe Liong

Tempat Lahir : Tiongkok

Tanggal Lahir : 19 Juli 1916

Istri : Lie Las Nio (aka Lilani)

Anak : Albert Salim, Andre Salim, Anthony Salim, Mira Salim

BIOGRAFI

Sudono Salim yang bernama asli Liem Sioe Liong, sempat menduduki peringkat pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dan Asia. Konglomerat yang dikenal dekat dengan mantan Presiden Soeharto ini sempat masuk daftar jajaran 100 terkaya dunia. Setelah krisis ekonomi dan reformasi politik, kekayaannya menurun.


Di film dokumenter yang mengisahkan perjalanan hidup Om Liem. Di mulai tahun 1938, Tiongkok dilanda Perang Dunia Kedua. Lalu, Jepang menyerbu dengan kejamnya. Ketika itu banyak pemuda Tiongkok yang ingin menghindari perang, mereka pergi ke arah selatan (Indonesia).Pemuda Liem yang kala itu berumur 21 tahun menatap ke laut yang luas. Di kejauhan, dia melihat sebuah kapal kecil yang sedang berlabuh. Dia melangkah menuju kapal itu dan naik. Setelah berlayar sekian lama, kapal itu mendarat di Surabaya. Saat itu dia berharap akan dijemput kakaknya yang sudah lebih dulu merantau ke arah selatan (nusantara).Ternyata, harapannya tidak terpenuhi.


Selama empat hari dia tertahan di pelabuhan Surabaya. Tidak makan dan tidak minum. Imigrasi di Surabaya juga tidak membolehkannya keluar dari pelabuhan. Sampai akhirnya, kakaknya datang menjemput. Liem dibawa ke Kudus untuk memulai bekerja di perusahaan rumahan, membuat kerupuk dan tahu. Di Kudus Liem berkenalan dengan gadis asal Lasem. Gadis itu sekolah di sekolah Belanda Tionghoa. Liem melamarnya, tapi orangtua si gadis tidak mengizinkan, lantaran takut anak gadisnya akan dibawa ke Tiongkok.Tapi, Liem tak mau menyerah. Akhirnya lamarannya diterima dan diizinkan menikah. Pesta pernikahannya, bahkan dirayakan selama 12 hari. Maklum, keluarga istrinya cukup terpandang. Setelah menikah, Liem makin ulet bekerja dan berusaha. Usahanya berkembang. Tapi, ketika awal 1940-an, Jepang menjajah Indonesia, usahanya bangkrut. Ditambah lagi, dia mengalami kecelakaan. Mobil yang ditumpanginya masuk jurang. Seluruh temannya meninggal. Hanya Liem yang selamat, setelah tak sadarkan diri selama dua hari. Kemudian, Liem pindah ke Jakarta. Seirama dengan masa pemerintahan dan pembangunan Orde Baru, bisnisnya pun berkembang demikian pesat.


Pada tahun 1969, Sudono bersama Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad, yang belakangan disebut sebagai The Gang of Four, mendirikan CV Waringin Kentjana. Sudono sebagai chairman dan Sudwikatmono sebagai CEO. Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, ekspor kopi, lada, karet, tengkawang dan kopra serta mengimpor gula dan beras.


The Gang of Four ini kemudian tahun 1970 mendirikan pabrik tepung terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah. Ketika pertama berdiri, PT Bogasari berkantor di Jalan Asemka, Jakarta dengan kantor hanya seluas 100 meter. Kemudian tahun 1975 kelompok ini mendirikan pabrik semen PT Indocement Tunggal Perkasa. Pabrik ini melejit bahkan nyaris memonopoli semen di Indonesia. Sehingga kelompok ini sempat digelari Tycoon of Cement. Setelah itu, The Gang of Four ditambah Ciputra mendirikan perusahaan real estate PT Metropolitan Development, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota mMandiri Bumi Serpor Damai. Selain itu, dia juga mendirikan kerajaan bisnis bidang otomotif di bawah bendera PT Indomobil. Bahkan merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA) bersama Mochtar Riyadi. Belakangan Mochtar Riady membangun Lippo Bank.


Setelah krisis ekonomi dan reformasi politik, kekayaannya menurun. Ayah empat anak ini pun memilih lebih lama tinggal di Singapura, setelah rumahnya Gunung Sahari Jakarta dijarah dan diobrak-abrik massa reformasi. Kerusuhan reformasi 13-14 Mei 1998, itu tampaknya membuat Sudono trauma tinggal di Indonesia. Tak hanya itu, pada saat krisis moneter 1998, bisnis Grup Salim jatuh. Saat itu, Sudono harus menyerahkan sekitar 108 perusahaan kepada pemerintah guna membayar utang Rp52,7 triliun.


Sudono Salim meninggal dunia dalam usia 95 tahun setelah mengalami sakit akibat usia yang tak lagi muda. Beliau dimakamkan di Singapura. Usahanya diteruskan anaknya yakni Anthony Salim dan menantunya Franciscus Welirang.


KARIR

Chairman CV Waringin Kentjana

Pendiri PT. Bogasari

Pendiri PT. Indocement Tunggal Perkasa

Pendiri Bank Central Asia (BCA) dan PT. Indomobil


Source: Wikipedia dan berbagai sumber







Source http://www.denidi.com/2013/04/sudono-salim-liem-sioe-liong.html

Comments

Popular posts from this blog

Profile dan biodata Angkasa Band

Profil Vitalia Sesha Model Di Kasus Suap Daging Impor - Tercanggih

Talent Pilihan SlideGossip : Andrean Saputra