Biografi Jendral Ahmad Yani - Jendral Besar Indonesia
Biografi Jendral Ahmad Yani - Jendral Ahmad Yani merupakan salah satu dari 3 Jendral Besar Indonesia (Jendral Sudirman, Jendral Ahmad Yani, dan Jendral Soeharto) yang mendapatkan gelar sebagai Jenderal TNI Anumerta (Jendral Bintang 5), dan sampai sekarang di Indonesia hanya 3 orang ini yang memiliki gelar Jendral Bintang 5. Jendral Ahmad Yani dikenal sebagai seorang pahlawan revolusi dan nasional Indonesia. Beliau mempunyai peranan besar bagi kemajuan bangsa Indonesia. Beliau juga dikenal sebagai seorang tentara yang selalu berseberangan dengan pemikiran orang-orang yang berada pada PKI (Partai Komunis Indonesia).
1. Biografi Lengkap Jendral Besar Indonesia, Jendral Ahmad Yani
Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani (Achmad Yani) lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 19 Juni 1922. Beliau mengawali pendidikan formalnya di HIS (setingkat Sekolah Dasar) Bogor, dan selesaikan pada tahun 1935. Kemudian Ahmad Yani kecil melanjutkan pendidikannya ke sekolahnya ke MULO (Setingkat dengan Sekolah Menegah Pertama) kelas B Afd. Bogor. Pada tahun 1938, beliau menyelesaikan pendidikan tingkat SMP-nya ini. Selanjutnya beliau terus meneruskan pendidikannya dengan masuk ke AMS (Setingkat Sekolah Menengah Umum) bagian B Afd. Jakarta. Pendidikan tingkat SMA-nya ini hanya dijalaninya hanya sampai duduk di kelas 2. Berhentinya pendidikan beliau ini dikarenakan adanya milisi yang diumumkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Kemudian Jendral Achmad Yani memutuskan untuk mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang dan secara lebih intensif di Bogor. Dari sana Ahmad Yani muda mengawali karir militernya dengan pangkat sebagai Sersan. Kemudian setelah tahun 1942, setelah Jepang berhasil merupak di Indonesia dari tangan Belanda, Jendral Ahmad Yani mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan selanjutnya masuk kedalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.
Kepiawainnya dalam bermiliter membuatnya mendapatkan berbagai prestasi. Salah satunya kepiawaiannya dalam bermiliter ketika Jendral Ahmad Yani berhasil menahan senjata Jepang di Magelang. Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, Ahmad Yani diangkat sebagai Komandan TKR Purwokerto. Dan ketika terjadi Agresi Militer Pertama Belanda, semua pasukan Ahmad Yani yang beroperasi di daerah Pingit berhasil menahan serangan Belanda serta membuat Belanda terpaksa mundur dari daerah tersebut. Pada saat Agresi Militer Kedua Belanda terjadi, Ahmad Yani kembali dipercayakan lebih tinggi dengan memegang jabatan sebagai Komandan Wehrkreise II yang area kepemimpinannya meliputi daerah pertahanan Kedu. Dan setelah Indonesia berhasil mendapat pengakuan kedaulatan, beliau kembali dipercaya untuk menjalankan misi melawan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang sering kali membuat kekacauan di daerah Jawa Tengah. Pada saat itu, beliau langsung mengambil tindakan dengan membentuk pasukan Banteng Raiders yang diberi latihan-latihan khusus sehingga akhirnya pasukan ini dapat mengalahkan pasukan DI/TII. Setelah berhasil mengalahkan semua pasukan DI/TII tersebut, beliau kembali ke Staf Angkatan Darat.
Tepat pada tahun 1955, Jendral Ahmad Yani kembali melanjutkan pendidikannya pada Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA selama sembilan bulan lamanya. Pada tahun 1956, Jendral Ahmad Yani juga kembali mengikuti pendidikan selama dua bulan pada Spesial Warfare Course di Inggris. Pada tahun 1958, saat pemberontakan PRRI terjadi di provinsi Sumatera Barat, beliau kembali mendapatkan kepercayaan untuk memegang jabatan sebagai Komandan Komando Operasi. Beliau ditugaskan untuk memimpin penumpasan pemberontakan PRRI dan Ia berhasil menjawab tugas tersebut dengan sangat baik. Hingga puncak dari karir Ahmad Yani di bidang militernya pada tahun 1962, beliau diangkat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Jendral Achmad Yani dikenal sebagai orang yang selalu berbeda paham dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Beliau menolak dengan keras keinginan para PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari para buruh dan tani yang dipersenjatai. Penolakan keras inilah yang menyebabkan Ahmad Yani menjadi salah satu target PKI yang diculik dan dibunuh di antara tujuh petinggi TNI Angkatan Darat melalui pemberontakan yang dikenal dengan nama Pemberontakan G30S/PKI (Gerakan Tiga Puluh September/PKI). Jendral Ahmad Yani dibunuh dengan cara ditembak tepat di ruang makan di rumahnya, di Jalan Lembang D58, Menteng pada pukul 04.35 tanggal 1 Oktober 1965. Jenazahnya dibuang oleh PKI di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Jenazah beliau akhirnya dimakamkan secara layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Ahmad Yani gugur sebagai Pahlawan Revolusi. Sebelum dia meninggal, pangkat beliau sebagai Letnan Jenderal namun pangkatnya ini dinaikkan satu tingkat menjadi Jendral TNI Anumerta untuk menghargai semua jasa-jasa beliau.
2. Pendidikan Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani
1. Biografi Lengkap Jendral Besar Indonesia, Jendral Ahmad Yani
Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani (Achmad Yani) lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 19 Juni 1922. Beliau mengawali pendidikan formalnya di HIS (setingkat Sekolah Dasar) Bogor, dan selesaikan pada tahun 1935. Kemudian Ahmad Yani kecil melanjutkan pendidikannya ke sekolahnya ke MULO (Setingkat dengan Sekolah Menegah Pertama) kelas B Afd. Bogor. Pada tahun 1938, beliau menyelesaikan pendidikan tingkat SMP-nya ini. Selanjutnya beliau terus meneruskan pendidikannya dengan masuk ke AMS (Setingkat Sekolah Menengah Umum) bagian B Afd. Jakarta. Pendidikan tingkat SMA-nya ini hanya dijalaninya hanya sampai duduk di kelas 2. Berhentinya pendidikan beliau ini dikarenakan adanya milisi yang diumumkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Kemudian Jendral Achmad Yani memutuskan untuk mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang dan secara lebih intensif di Bogor. Dari sana Ahmad Yani muda mengawali karir militernya dengan pangkat sebagai Sersan. Kemudian setelah tahun 1942, setelah Jepang berhasil merupak di Indonesia dari tangan Belanda, Jendral Ahmad Yani mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan selanjutnya masuk kedalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.
Kepiawainnya dalam bermiliter membuatnya mendapatkan berbagai prestasi. Salah satunya kepiawaiannya dalam bermiliter ketika Jendral Ahmad Yani berhasil menahan senjata Jepang di Magelang. Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, Ahmad Yani diangkat sebagai Komandan TKR Purwokerto. Dan ketika terjadi Agresi Militer Pertama Belanda, semua pasukan Ahmad Yani yang beroperasi di daerah Pingit berhasil menahan serangan Belanda serta membuat Belanda terpaksa mundur dari daerah tersebut. Pada saat Agresi Militer Kedua Belanda terjadi, Ahmad Yani kembali dipercayakan lebih tinggi dengan memegang jabatan sebagai Komandan Wehrkreise II yang area kepemimpinannya meliputi daerah pertahanan Kedu. Dan setelah Indonesia berhasil mendapat pengakuan kedaulatan, beliau kembali dipercaya untuk menjalankan misi melawan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang sering kali membuat kekacauan di daerah Jawa Tengah. Pada saat itu, beliau langsung mengambil tindakan dengan membentuk pasukan Banteng Raiders yang diberi latihan-latihan khusus sehingga akhirnya pasukan ini dapat mengalahkan pasukan DI/TII. Setelah berhasil mengalahkan semua pasukan DI/TII tersebut, beliau kembali ke Staf Angkatan Darat.
Tepat pada tahun 1955, Jendral Ahmad Yani kembali melanjutkan pendidikannya pada Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA selama sembilan bulan lamanya. Pada tahun 1956, Jendral Ahmad Yani juga kembali mengikuti pendidikan selama dua bulan pada Spesial Warfare Course di Inggris. Pada tahun 1958, saat pemberontakan PRRI terjadi di provinsi Sumatera Barat, beliau kembali mendapatkan kepercayaan untuk memegang jabatan sebagai Komandan Komando Operasi. Beliau ditugaskan untuk memimpin penumpasan pemberontakan PRRI dan Ia berhasil menjawab tugas tersebut dengan sangat baik. Hingga puncak dari karir Ahmad Yani di bidang militernya pada tahun 1962, beliau diangkat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Jendral Achmad Yani dikenal sebagai orang yang selalu berbeda paham dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Beliau menolak dengan keras keinginan para PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari para buruh dan tani yang dipersenjatai. Penolakan keras inilah yang menyebabkan Ahmad Yani menjadi salah satu target PKI yang diculik dan dibunuh di antara tujuh petinggi TNI Angkatan Darat melalui pemberontakan yang dikenal dengan nama Pemberontakan G30S/PKI (Gerakan Tiga Puluh September/PKI). Jendral Ahmad Yani dibunuh dengan cara ditembak tepat di ruang makan di rumahnya, di Jalan Lembang D58, Menteng pada pukul 04.35 tanggal 1 Oktober 1965. Jenazahnya dibuang oleh PKI di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Jenazah beliau akhirnya dimakamkan secara layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Ahmad Yani gugur sebagai Pahlawan Revolusi. Sebelum dia meninggal, pangkat beliau sebagai Letnan Jenderal namun pangkatnya ini dinaikkan satu tingkat menjadi Jendral TNI Anumerta untuk menghargai semua jasa-jasa beliau.
2. Pendidikan Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani
- HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935
- MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
- AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
- Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
- Pendidikan Heiho di Magelang
- PETA (Tentara Pembela Tanah Air) di Bogor
- Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, Amerika Serikat, tahun 1955
- Special Warfare Course di Inggris, tahun 1956
- Bintang RI Kelas II
- Bintang Sakti
- Bintang Gerilya
- Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
- Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
- Satyalancana G: O.M. I dan VI
- Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
- Satyalancana Irian Barat (Trikora)
- Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958) dan lain-lain
Comments
Post a Comment