Facebook Bertemu Waria, Bahas Penggunaan Nama Profil
VIVAnews - Facebook dilaporkan telah setuju untuk duduk bersama dengan kaum waria dan transgender, serta aktivis LGBT (lesbian, gay, bisexual, and transgenderer), terkait kebijakan protes penggunaan nama asli pada akun situs jejaring sosial itu.
Pertemuan dengan kaum transgender itu disebutkan juga melibatkan pejabat kota San Francisco, Amerika.
Diberitakan sebelumnya, kebijakan penamaan Facebook diprotes keras para waria dan transgender. Mereka mengaku tak nyaman dengan peraturan itu dan mengirimkan petisi kepada Facebook, menolak mencantumkan nama asli di Facebook. Kabar terakhir, petisi telah mengumpulkan 17 ribu tanda tangan.
Menanggapi protes itu, melansir Mashable, Rabu 17 September 2014, juru bicara Facebook mengatakan bahwa sejatinya mereka sudah menyediakan alternatif solusi kepada pengguna, yang ingin menggunakan nama palsu, untuk menggunakan layanan fan page. Facebook menegaskan, kebijakan penggunaan nama asli adalah untuk keselamatan dan pertanggung jawaban pengguna.
"Jika orang ingin menggunakan nama alternatif di Facebook, mereka punya beberapa pilihan yang tersedia, termasuk memberikan nama alias di bawah nama profil mereka," ujar jubir Facebook.
Alternatif lain, sambung Facebook, pengguna bisa membuat halaman khusus untuk kepentingan pribadi.
"Sebagai bagian dari standar secara keseluruhan, kami meminta orang menggunakan Facebook dengan nama asli di profil mereka," dalih Facebook.
Rekan Pengawas kota San Francisco, Scott Wiener menentang kebijakan penamaan Facebook yang memunculkan ketegangan sosial di kota itu. Wiener memahami apa tujuan kebijakan yang ditetapkan Facebook itu. Namun, ia meminta Facebook melihat fakta bahwa banyak pengguna yang memiliki latar belakang yang berbeda dengan kategori pengguna pada umumnya.
"Saya paham tujuannya untuk profil pengguna yang transparan dan tak memungkinkan orang bersembunyi di balik akun palsu, tetapi faktanya banyak waria, dan nama mereka sangat personal," tulisnya dalam akun Facebooknya.
Menurutnya, Facebook perlu memahami realitas masyarakat dan menyesuaikan kebijakan penamaan dengan mempertimbangkan keragaman kondisi pengguna.
Sejauh ini, belum ada kejelasan solusi yang ditawarkan dalam pertemuan itu. Tapi dilaporkan Facebook serius mempertimbangkan kebijakan penamaan yang telah tumbuh jadi kontroversi.
Menurut catatan, bukan hanya Facebook yang menghadapi protes keras atas kebijakan nama dalam situs mereka. Sebelumnya, jejaring sosial besutan Google, Google+ juga menghadapi kritik serupa.
Diberitakan sebelumnya, protes keras para waria dimotori oleh seorang penghibur asal San Fransisco, bernama Sister Roma. Dia protes dengan tidak akan lagi menggunakan akun Facebooknya sampai dia diperbolehkan menggunakan nama lain selain nama aslinya, Michael Williams.
Roma mengaku tak nyaman, sebab harus mengubah nama yang sudah tak digunakan dirinya hampir 30 tahun.
"Saya kewalahan dan meneteskan air mata oleh ratusan email yang saya terima dari orang-orang yang berbagi cerita, dimana mereka menjelaskan mengapa mereka tidak menggunakan nama asli di Facebook," tulis Roma di Facebook.
Roma menegaskan ia tidak sendiri. Sebab, banyak orang yang keras ingin memperjuangkan hak menggunakan nama samaran mereka, dengan pertimbangan latar belakang getir mereka masing-masing. Rata-rata, waria berprofesi sebagai penghibur. (asp)
Source http://ift.tt/1r0nAKg
Comments
Post a Comment