Ini Profil Ilmuwan Penerima BJ Habibie Award - VIVAnews

http://ift.tt/eA8V8J

VIVAnews - Seorang peneliti muda, Nurul Taufiqu Rochman dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyabet penghargaan BJ Habibie Technology Awards (BJHTA) 2014 berkat penelitiannya di bidang Nanoteknologi dan Rekayasa Produksi.

Pria kelahiran Malang, 15 Agustus 1970 ini meraih penghargaan tersebut karena dedikasinya yang kuat terhadap penelitian nanoteknologi, khususnya pengembangan yang berbasis sumber daya lokal.


"Di Indonesia itu banyak bahan baku buat nano, khususnya herbal seperti beras dan kunyit," ujar Nurul ditemui VIVAnews di Gedung BPPT, kemarin.


Hasil penelitian nanoteknologi itu, salah satunya sudah ia jalin kerja sama dengan perusahaan kosmetik lokal. Salah satu penemuannya bahan kosmetik yang berasal dari beras.


"Ternyata, pas diuji, beras mempunyai khasiat yang bagus buat kulit wajah," ucap Nurul.


Pria yang mengagumi Einstein sedari kecil itu mengungkapkan nanoteknologi bisa diterapkan pada apa saja. Karena, tambah dia, teknologi tersebut dapat merekayasa sebuah partikel. Ukurannya satu per satu miliar meter.


"Hal itu yang menjadi istimewa, karena saya dapat mengubah material baru yang fungsinya sesuai dengan yang kita inginkan. Dengan nanoteknologi, material dapat dirancang lebih efektif dan efisien sebagai bahan dasar produk-produk. Artinya, jadi lebih padat lagi dari yang semula," paparnya.


Khasiat nanoteknologi ini mempunyai banyak manfaat seperti pada elektronik, obatan-obatan, pangan, kosmetik, produk industri seperti pain and coating, kimia, kemasan, keramik, dan sebagainya.


Nurul menceritakan bahwa nanoteknologi dilirik karena pada 2000, Bill Clinton mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi bangsa bisa berkembang karena nano.


"Di Indonesia, dimulai pada 2004, namun masih terpencar-pencar. Namun, sekarang bakal banyak lampu nano, dasi nano, kaos kaki nano, atau sepatu nano. Sepatu nano itu seperti yang tahan air, itu karena ada nanonya," jelasnya.


Dengan kata lain, penerapan nanoteknologi dapat meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia untuk memperkuat daya saing global industri nasional.


Lelaki berkacamata ini juga sempat kewalahan dalam memenuhi permintaan industri, ketika ia menemukan sebuah penemuan material yang bisa dibuat nano, sehingga harga produksinya lebih murah, namun memiliki kualitas yang sama.


"Saya kan cuma peneliti. Masa bikin nano sampai berton-ton, padahal penelitian saya itu sampai bertahun-tahun," kata dia.


Ingin punya perusahaan penampung hasil riset

Nurul yang selama kuliah S1, S2, S3 di Kagoshima University, Jepang, sempat ditawari oleh pihak negeri Matahari Terbit tersebut untuk bekerja di sana dengan didukung peralatan penelitian yang canggih serta lainnya. Namun, dia lebih memilih pulang kampung karena ia ingin mengabdi kepada Indonesia.


"Selain itu, lebih gampang cari kerja di Indonesia," ujar Nurul sambil tertawa.


Ketua Pusat Inovasi LIPI itu mengatakan bahwa Habibie telah mengubah kehidupannya. Nurul menganggap ahli teknologi itu memberi segala inspirasi serta membuka jalan hidupnya. Ia juga ingin seperti Habibie.


"Beberapa waktu lalu, ketika ada perkumpulan di rumah Beliau, Beliau (Habibie) menerangkan pesawat itu sangat detail. Saya bilang 'Pak presiden ke-3 kita itu scientist banget'," bangga dia.


Diketahui, sekitar tahun 1990, Nurul mendapat kesempatan mengenyam pendidikan di Jepang berkat Program Habibie yaitu STMDP II: Science and Technology Man Power Development Program.


Nurul yang beristrikan peneliti juga di BPPT ingin mendirikan sebuah perusahaan yang dapat menampung segala hasil riset dari peneliti. "Kami ingin mencari investor untuk membiayainya. Cita-cita tinggi saya, peneliti bisa eksis," ungkapnya.


Ditetapkannya Nurul meraih penghargaan prestisius di ranah teknologi tersebut, merupakan seleksi ketat yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai penyelenggara.


Menurut BPPT, Nurul telah lolos melalui penilaian berdasarkan seperti azas penemuan (invention), asas kreatif, asas efisien dan efektif, asas nilai tambah, serta asas manfaat.


Tak hanya itu saja, ada kriteria tambahan seperti 10 poin kriteria penilaian seperti state of the art, size of impact, degree of complexity, amount of effort, degree of maturity, originality, uniqueness, degree of advantage, completeness of action, dan amount of result.


Penghargaan BJ Habibie Technology Award ini melengkapi sejumlah penghargaan lainnya yang sudah diraih seperti Hatakeyama Award sebagai mahasiswa terbaik (1995), Fuji Sankei sebagai peneliti terbaik (1995), peneliti muda terbaik LIPI (2004), penghargaan dari Persatuan Insinyur Indonesia (2005), The Best Innovation and Idea Award dari Majalah SWA (2005), dan penghargaan lainnya.


Diraihnya BJHTA oleh Nurul tahun ini merupakan orang ketujuh yang meraih penghargaan serupa. Sebelumnya, penghargaan tersebut dimiliki pula oleh Said Djauharsyah Jenie (2008), Sutadi Suparlan (2008), Suprapto Ma'at (2008), Dasep Ahmadi (2009), Eko Fajar Nurprasetyo (2010), Kharuddin Djenod (2011), Alisjahbana Haliman (2012), dan I Dede Wenten (2013)


Saat ini, Nurul telah mempublikasikan 15 paten dan Hak Cipta, yang keempatnya terpilih dalam buku 100 inovasi Indonesia. Beberapa paten telah granted dan diterapkan di perusahaan Jepang serta lokal. Nurul pun aktif dalam menulis. Ia menulis lebih dari 100 makalah internasional dan 180 pemakalahan nasional. (art)







Source http://ift.tt/1vp0z4J

Comments

Popular posts from this blog

Profil Vitalia Sesha Model Di Kasus Suap Daging Impor - Tercanggih

Profile dan biodata Angkasa Band

Talent Pilihan SlideGossip : Andrean Saputra