Mendeskripsikan Hal Menarik dalam Biografi | Plengdut - Pustaka ...

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5R8wFZVc4l8D6lWYoERDobyJU1mu_oNpTMEClmAxTVOSdaUUUhe2qDLqN7ZMiYJA46dryx5FCqf33UgUTFttr3fnlhAwG67P8MnBXv5KlooMJ4U0FBF8LqEVdf2t2ePAXwYouaccbn5M/s256/7-4-2013+1-28-55+AM.png



Biografi merupakan karangan sejarah hidup seorang tokoh. Ada banyak hal dan juga manfaat yang bisa diambil dari sebuah buku biografi, misalnya meneladani sikap dan perilaku tokoh, mempelajari makna hidup dari tokoh dan banyak lagi poin-poin penting yang lainnya. Pada pelajaran kali ini kamu akan belajar untuk mendeskripsikan hal menarik dari tokoh yang ditulis dalam biografi.




Ada banyak hal menarik dalam pengungkapan biografi seorang tokoh. Hal menarik dalam hal ini bisa berupa sikap hidup, pandangan hidup, riwayat hidup, riwayat pendidikan, keputusan besar yang harus dipilih saat berada dalam situasi yang sulit, perhargaan dan banyak lagi yang lainnya. Semuanya itu sangat bergantung pada penilaian pembaca atas biografi tersebut. Coba perhatikan contoh dari biografi Pak Mahmud, kepala sekolah yang menjadi pemulung berikut!



Hampir tiga dekade sudah kulakoni pekerjaan sebagai tenaga pengajar. Meski upah pahlawan tanpa tanda jasa itu begitu minim, tak menyurutkan niatku untuk terus mendidik murid-muridku agar menjadi anak-anak yang cerdas. Bahkan demi mewariskan harta tak ternilai yakni pendidikan pada ketiga buah hatiku, aku rela memulung di lautan sampah. Aku tak malu melakukannya sekalipun kini aku kepala sekolah sebuah madrasah tsanawiyah.



Penggalan dari biografi seorang Pak Mahmud menjelaskan bahwa pilihan hidupnya telah memberikan tekad yang sangat luar biasa untuk bertahan dalam kondisi yang sulit sekalipun. Tekat dalam sikap hidup inilah yang merupakan salah satu dari sekian banyak hal-hal menarik yang diungkap dalam biografi seorang tokoh.




Mendeskripsikan merupakan kegiatan memaparkan atau menggambarkan secara detail dan terinci dengan kata-kata yang singkat dan jelas. Kemampuan mendeskripsikan secara langsung merupakan salah satu indikator dari tercapainya kegiatan berbahasa (membaca atau mendengar) yang telah dilakukan sebelumnya. Tidak banyak orang yang mampu mendeskripsikan dengan baik sebuah informasi pada orang lain secara rinci dan jelas. Selain penguasaan terhadap materi yang disampaikan, keterampilan mendeskripsikan secara lisan bisa didapat dari berlatih secara intensif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menjelaskan atau mendeskripsikan informasi tertentu pada pendengar.



  1. Kuasai informasi atau materi yang akan kamu sampaikan atau gambarkan.

  2. Berlatihlah menjelaskan informasi secara sistematis.

  3. Perhatikan siapa yang akan menjadi pendengar dari penjelasan yang akan kamu sampaikan.

  4. Perhatikan tempat di mana kamu akan mengungkapkan penjelasan tersebut.

  5. Perhatikan tujuan dari penjelasan yang kamu sampaikan.


Latihan :


1. Baca dan pahami teks biografi berikut! Catat poin-poin yang kamu anggap penting!



Roeslan Abdulgani, Tokoh Segala Zaman





“Tempat kelahiran saya adalah suatu kawasan kampung di kota pelabuhan Surabaya di Jawa Timur. Saya lahir tanggalnya 24 November 1914. kawasan itu tidak didiami orang Jawa saja, tetapi juga orang-orang Indo-Belanda. Pada hakikatnya, kampung itu merupakan pencerminan dari Surabaya yang merupakan kota perdagangan di mana juga terdapat industri. Saya berasal dari suatu keluarga yang termasuk golongan mandiri. Ayah adalah seorang saudagar, sedangkan ibu saya bekerja sebagai guru agama yang juga memberikan pelajaran bahasa Arab. Karena tidak berasal dari keluarga “ambtenaar” (pegawai pamong praja), saya sebenarnya tidak dapat masuk sekolah normal. Tetapi ayah mengenal inspektur pendidikan pribumi. Karenanya, cara yang mungkin tidak terlalu sopan, seperti sumbangan telur, gula, dan sebagainya ia lakukan juga agar saya dapat sekolah.



Setelah bercakap-cakap sebentar, inspektur itu mengatakan pada saya, “Coba memegang kedua telinga dengan tangan melalui kepala; jika hal itu mungkin kamu berumur enam tahun .... Kamu diterima dan datanglah besok ke sekolah. “Dengan demikian, pada tahun 1920 saya masuk HIS (Hollands Indlandse School - sekolah dasar untuk kaum pribumi), yang merupakan satu-satunya di kota. Di sekolah itu saya belajar bahasa Belanda, termasuk kebudayaan Belanda. Di dinding kelas tergantung gambar-gambar yang dibubuhi keterangan seperti “inlander (orang pribumi) itu malas”, “inlander itu bodoh”, dan “inlander itu adalah pencuri”. Di bawah gambar seorang Belanda yang duduk di kursi ditulis “orang Belanda itu cerdas”. Pada mulanya, saya tidak terlalu bergairah untuk belajar bahasa Belanda dan menyanyi lagu-lagu seperti “Rood wit en blauw, de koning en zijn vrouw” (merah, putih, biru sang raja dengan permaisuri) dan sebagainya dan sebagainya. Beberapa waktu kemudian kami mendapat seorang guru asal Jawa yang memberikan mata pelajaran sejarah. Dia menceritakan mengenai perlawanan Diponegoro dan berkembanglah rasa nasionalisme kami. Ketika saya masih bersekolah di sekolah dasar, Surabaya dilanda aksi-aksi pemogokan yang khusus dilancarkan jawatan kereta api. Kaum komunis pada tahuntahun 1926 dan 1927 mulai bergerak dan di mana-mana timbul huru-hara. Di mana-mana muncul seruan untuk mogok yang dibubuhi gambar palu arit dan bulan bintangnya Islam. Hal-hal itu menyadarkan kami bahwa perlawanan dan keresahan sosial merupakan masalah yang mengandung bara api. Para guru menyinggungnya, tetapi meminta agar kami tidak ikut serta”.





“Pada tahun 1926, saya melanjutkan pendidikan di MULO (setaraf SMP). Ayah untuk masa itu memang termasuk orang berada. Ia memiliki toko yang diperlengkapi telepon, menjual gula pasir, beras dan kain batik, menyewakan mobil dan kemudian juga menyewakan rumah. Pada suatu ketika, kami mengendarai mobil melalui para pegawai jawatan kereta api yang dikeluarkan dari rumah-rumah dinas mereka karena ikut dalam pemogokan. Perabotan rumah mereka dijejerkan di pinggir jalan sementara hujan turun. Barang-barang mereka itu dibeli oleh orang Cina dan Arab dengan harga miring. Ayah berkata kepada saya: “Inilah negerimu”. Hal itu menyadarkan saya bahwa di negeri ini tidaklah semua berjalan mulus. Di sekolah kami mendapatkan apa yang dinamakan sejarah tanah air yang antara lain mencakup perang 80 tahun antara Spanyol melawan Belanda, yang berlangsung dari tahun 1568 sampai 1648. Dalam pelajaran sejarah itu kami diajarkan bahwa selama 80 tahun itu bangsa Belanda melawan Spanyol untuk memperoleh kemerdekaannya itu. Kami secara teratur menyanyikan lagu kebangsaan Belanda, Wilhelmus yang salah satu kalimatnya berbunyi “mengusir kekejaman yang telah melukai hati kami”. Ketika saya berumur 13, 14 tahun, suatu perasaan nasionalisme yang masih belum berbentuk mulai bersama. Lembaga sekolah menyadarkan saya bahwa ada sesuatu yang tidak beres”.




“Pada tahun 1930, saya mengakhiri MULO dan melanjutkan sekolah di HBS (Hogere Burger School - setaraf SMA), yang sebenarnya hanya terbuka untuk anak-anak Belanda. Di Surabaya pada waktu itu memang tidak terdapat AMS (Algemene Middlelbare School -setingkat SMA) yang terbuka untuk siapa saja. HBS di Surabaya didirikan tahun 1871 dan merupakan yang tertua di Indonesia (yang waktu itu masih merupakan Hindia Belanda) dan lulusannya biasanya mendapatkan kesempatan bekerja di perkebunan dan perusahaan-perusahaan perdagangan. Tetapi saya diterima juga setelah lulus dalam mata pelajaran goniometrie (ilmu ukur bidang) dan steriometrie (ilmu ukur ruang). Penguasaan bahasa Belanda saya diuji pula. Hal itu saya namakan dan masih namakan “I crossed the colour-line”. Saya telah melintasi garis perbedaan warna kulit. Sekolah itu memang merupakan suatu lembaga pendidikan Belanda dengan sekitar 700 murid Belanda dengan kira-kira 30 orang bukan Belanda. Dalam kelas saya yang berjumlah 30 murid, 20 di antaranya merupakan anak-anak totok, lima Indo, tiga asal Cina dan hanya dua Inlander (pribumi). Yang dua ini adalah putri bupati Surabaya dan saya sendiri. Di antara murid-murid Belanda, saya masih ingat yang bernama Coomans, Tichelaar, Waasdorp dan sepasang wanita, Pauline Vennik dan Betty de Haas. Dengan Coomans saya sampai sekarang masih menjalin hubungan.


(Sumber: Roeslan Abdulgani, Tokoh Segala Zaman, 2003)



2. Jawab pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!

a. Siapa tokoh yang diceritakan dalam teks biografi tersebut?

b. Apa perkataan yang disampaikan sang ayah yang mampu menyadarkan tokoh akan kondisi di negerinya?

c. Di mana tokoh menyelesaikan pendidikannya?

d. Apa yang membuat tokoh bisa masuk di sekolah anak-anak berkebangsaan Belanda, padahal tokoh hanya anak dari seorang

e. Siapa nama teman tokoh yang masih berhubungan sampai sekarang?

f. Apakah kamu mengenali sepak terjang tokoh dalam perjuangan bangsa Indonesia?


3. Lakukan identifikasi terhadap hal-hal yang menurutmu menarik untuk dibahas dan disampaikan pada orang lain! Sertakan juga alasanmu menentukan pilihanmu tentang hal yang menarik dari biografi tersebut! (Misalnya, saat si tokoh diminta untuk memegang telinga dengan kedua tangan saat akan masuk sekolah atau saat sang ayah mengatakan ‘inilah negerimu’ pada sang tokoh, dan banyak lagi yang lainnya).


4. Ungkapkan hasil identifikasi yang telah kamu lakukan di depan kelas! Ajukan pertanyaan, berikan tanggapan dan komentar atas identifikasi yang diungkapkan temanmu! Berikan tanggapan dan komentar balikan sehingga terjadi diskusi kelas dan mintalah gurumu untuk memberi masukan serta penilaian atas diskusi yang kamu lakukan!


5. Cari buku biografi tokoh yang kamu idolakan, selanjutnya lakukan hal-hal berikut!

a. Baca dan pahami isi biografi tersebut secara rinci dan detail!

b. Ringkas buku biografi tersebut dalam sebuah karangan singkat!

c. Lakukan identifikasi terhadap hal-hal yang menarik dari tokoh dari biografi yang kamu baca tersebut!

d. Laporkan dalam bentuk laporan tertulis!








Source http://www.plengdut.com/2013/07/mendeskripsikan-hal-menarik-dalam.html

Comments

Popular posts from this blog

Profil Vitalia Sesha Model Di Kasus Suap Daging Impor - Tercanggih

Profile dan biodata Angkasa Band

Talent Pilihan SlideGossip : Andrean Saputra