Biografi Ringkas Imam Nawawi | shofighter
AnNawawi tinggal di Nawa hingga berusia 18 tahun. Kemudian pada tahun 649 H ia memulai rihlah thalabul ilminya ke Dimasyq dengan menghadiri halaqahhalaqah ilmiah yang diadakan oleh para ulama kota tersebut. Ia tinggal di madrasah Arrawahiyyah di dekat AlJami' AlUmawiy. Jadilah thalabul ilmi sebagai kesibukannya yang utama. Disebutkan bahwa ia menghadiri dua belas halaqah dalam sehari. Ia rajin sekali dan menghafal banyak hal. Ia pun mengungguli temantemannya yang lain. Ia berkata: "Dan aku menulis segala yang berhubungan dengannya, baik penjelasan kalimat yang sulit maupun pemberian harakat pada katakata. Dan Allah telah memberikan barakah dalam waktuku." [Syadzaratudz Dzahab, 5/355].
Diantara syaikh beliau: Abul Baqa' AnNablusiy, Abdul Aziz bin Muhammad AlAusiy, Abu Ishaq AlMuradiy, Abul Faraj Ibnu Qudamah AlMaqdisiy, Ishaq bin Ahmad AlMaghribiy dan Ibnul Firkah. Dan diantara murid beliau: Ibnul 'Aththar AsySyafi'iy, Abul Hajjaj AlMizziy, Ibnun Naqib AsySyafi'iy, Abul 'Abbas AlIsybiliy dan Ibnu 'Abdil Hadi.
Pada tahun 651 H ia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, kemudian ia pergi ke Madinah dan menetap di sana selama satu setengah bulan lalu kembali ke Dimasyq. Pada tahun 665 H ia mengajar di Darul Hadits AlAsyrafiyyah (Dimasyq) dan menolak untuk mengambil gaji. Beliau digelari Muhyiddin (yang menghidupkan agama) dan membenci gelar ini karena tawadhu' beliau. Di samping itu, agama islam adalah agama yang hidup dan kokoh, tidak memerlukan orang yang menghidupkannya sehingga menjadi hujjah atas orangorang yang meremehkannya atau meninggalkannya. Diriwayatkan bahwa beliau berkata: "Aku tidak akan memaafkan orang yang menggelariku Muhyiddin."
Imam AnNawawi adalah seorang yang zuhud, wara' dan bertakwa. Beliau sederhana, qana'ah dan berwibawa. Beliau menggunakan banyak waktu beliau dalam ketaatan. Sering tidak t idur malam untuk ibadah atau menulis. Beliau juga menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, termasuk kepada para penguasa, dengan cara yang telah digariskan Islam. Beliau menulis surat berisi nasihat untuk pemerintah dengan bahasa yang halus sekali. Suatu ketika beliau dipanggil oleh raja AzhZhahir Bebris untuk menandatangani sebuah fatwa. Datanglah beliau yang bertubuh kurus dan berpakaian sangat sederhana. Raja pun meremehkannya dan berkata: "Tanda tanganilah fatwa ini!!"
Beliau membacanya dan menolak untuk membubuhkan tanda tangan. Raja marah dan berkata: "Kenapa !?" Beliau menjawab: "Karena berisi kezaliman yang nyata." Raja semakin marah dan berkata: "Pecat ia dari semua jabatannya!" Para pembantu raja berkata: "Ia tidak punya jabatan sama sekali." Raja ingin membunuhnya tapi Allah menghalanginya. Raja ditanya: "Kenapa tidak engkau bunuh dia padahal sudah bersikap demikian kepada Tuan?" Raja pun menjawab: "Demi Allah, aku sangat segan padanya."
Imam Nawawi meninggalkan banyak sekali karya ilmiah yang terkenal. Jumlahnya sekitar empat puluh kitab, diantaranya:
- Dalam bidang hadits: Arba'in, Riyadhush Shalihin, AlMinhaj (Syarah Shahih Muslim), AtTaqrib wat Taysir fi Ma'rifat Sunan AlBasyirin Nadzir.
- Dalam bidang fiqih: Minhajuth Thalibin, Raudhatuth Thalibin, AlMajmu'.
- Dalam bidang bahasa: Tahdzibul Asma' wal Lughat.
- Dalam bidang akhlak: AtTibyan fi Adab Hamalatil Qur'an, Bustanul Arifin, AlAdzkar.
Kitab-kitab ini dikenal secara luas termasuk oleh orang awam dan memberikan manfaat yang besar sekali untuk umat. Ini semua tidak lain karena taufik dari Allah Ta'ala, kemudian keikhlasan dan kesungguhan beliau dalam berjuang.
Secara umum beliau termasuk salafi dan berpegang teguh pada manhaj ahlul hadits, tidak terjerumus dalam filsafat dan berusaha meneladani generasi awal umat dan menulis bantahan untuk ahlul bid'ah yang menyelisihi mereka. Namun beliau tidak ma'shum (terlepas dari kesalahan) dan jatuh dalam kesalahan yang banyak terjadi pada ulamaulama di zaman beliau yaitu kesalahan dalam masalah sifatsifat Allah Subhanahu wata'ala. Beliau kadang menta'wil dan kadangkadang tafwidh. Orang yang memperhatikan kitabkitab beliau akan mendapatkan bahwa beliau bukanlah muhaqqiq dalam bab ini, tidak seperti dalam cabang ilmu yang lain. Dalam bab ini beliau banyak mendasarkan pendapat beliau pada nukilannukilan dari para ulama tanpa mengomentarinya.
Adapun memvonis Imam Nawawi sebagai Asy'ari, itu tidak benar karena beliau banyak menyelisihi mereka (orangorang Asy'ari) dalam masalahmasalah aqidah yang lain seperti ziyadatul iman dan khalqu af'alil 'ibad. Karyakarya beliau tetap dianjurkan untuk dibaca dan dipelajari, dengan berhatihati terhadap kesalahankesalahan yang ada. Tidak boleh bersikap seperti kaum Haddadiyyun yang membakar kitabkitab karya beliau karena adanya beberapa kesalahan di dalamnya. Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa kerajaan Saudi ditanya tentang aqidah beliau dan menjawab: "Lahu aghlaath fish shifat" (Beliau memiliki beberapa kesalahan dalam bab sifatsifat Allah).
Imam Nawawi meninggal pada 24 Rajab 676 H rahimahullah wa ghafarahu.
Catatan:
Lihat biografi beliau di Tadzkiratul Huffazh 147, Thabaqat AsySyafi'iyyah AlKubra, dan Syadzaratudz Dzahab 5/354
Source http://ift.tt/1ifDluU
Comments
Post a Comment